Breaking News

Keluhkan Radikalisme, Para Jurnalis Australia Minta Masukan PBNU




Indoheadlinenews.com - Sejumlah jurnalis dari Australia berkunjung ke kantor Pengrus Besar Nahdlatul Ulama, Jumat (11/6). Dalam kunjungan yang didampingi langsung oleh Timothy Tobing, atase kedutaan besar Australia untuk Indonesia, jurnalis-jurnalis Australia tersebut diterima langsung oleh Sekertaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) HA Helmy Faishal Zaini.

Para jurnalis menyampaikan soal maraknya radikalisme yang hari ini semakin merabak. Stuart Washington dari The Sidney Morning menyampaikan kepada Helmy bahwa radikalisme dan juga terorisme adalah wajah dunia hari ini. "Radikalisme hari ini telah menjadi bahasa yang mendominasi komunikasi antarmanusia. Kekerasan dan ancaman terjadi di mana-mana," imbunya.

Menanggapi hal itu, Helmy mengatakan bahwa sebagai ormas yang barpegang teguh pada azas tawasuth, tasamuh, tawazun, dani'tidal, PBNU menolak segala bentuk kekerasan, terlebih terorisme. "Kami dengan tegas menolak pelbagai bentuk radikalisme dan terorisme. Pendekatan yang kita pakai adalah pendekatan toleransi dan tenggang rasa,” papar Helmy.

Pada kesempatan itu, Helmy banyak memberi masukan soal proporsi gaya jurnalisme hari ini yang lebih banyak berorientasi pada slogan "bad news is good news". Slogan ini sesungguhnya sangat merugikan. Sebab yang sering muncul justru berita buruk, sementara berita baik dan positif seperti NU yang kerap mengampanyekan perdamaian kurang mendapat liputan. 

"Berita-berita kriminal dan kejahatan diliput masif, sementara kegiatan-kegiatan yang bernilai positif malah tidak diliput sama sekali,” imbuhnya.

Rombongan jurnalis yang terdiri dari Mattew Bardey, Greg Sharidan (The Australian), Stuart Washington (The Sindey Morning), Patricia Karvelas (ABC Radio), Julia Bird (ABC TV), dan Moher Mughrabi (The Age) sangat mengapresiasi masukan-masukan PBNU tersebut. Mereka berharap NU terus konsisten mengampanyekan perdamaian. (nu.or.id)

 
 
 
 
 
 

1 komentar:

  1. Lha NU itu adalah organisasi yang membantai ratusan ribu (juta'an) manusia Indonesia tahun 1965-1966 bersama serdadu.

    BalasHapus