Kisah Pilu Ibu Pengamen "Sambalado" Membuatku Menangis
Indoheadlinenews.com -Pernah dengar lagu Sambalado milik pedangdut Ayu Ting Ting? Pasti pernah ya? Salah satu lagu dangdut paling fenomenal di Tanah Air memang sering diputar diberbagai lokasi, mulai dari tempat makan hingga di pinggir jalan sekalipun oleh para pengamen. Bahkan kereta odong-odong pun sering memutar lagu tersebut.
Salah satu pengamen yang menyanyikan lagu Sambalado adalah Ibu Sri warga Bandung namun aslinya berasal dari Malang.
Video Ibu Sri yang sedang menyanyi bisa dilihat di Youtube, bahkan videonya telah ditonton lebih dari 400 ribu view itu telah menjadi viral di facebook. Bahkan sudah banyak yang menshare video tersebut.
Video itu menjadi fenomenal karena di videonya itu Ibu Sri menyanyikan dengan sedikit goyangan, suaranya bagus tidak kalah dengan Ayu Ting Ting, memetik okulele, sambil menggendong anaknya yang berusia 2 tahun.
Banyak yang menduga anak itu bukanlah anaknya tetapi anak sewaan supaya orang-orang bersimpati padanya makanya dia menyewa seorang anak. Ada lagi yang berpikir anaknya tersebut dikasih obat tidur agar bisa tidur terus menerus, padahal ada suara Ibu Sri yang sedang bernyanyi dan memetik okulelenya. Tapi tetap saja anaknya itu tidak bangun-bangun.
Namun hal itu terbantahkan, Ibu Sri bilang bahwa anak itu memang anaknya yang paling kecil. Dia harus dibawa saat ibu Sri mengamen. Karena jika tdk diajak anaknya itu pasti nangis terus menerus. Lalu kenapa anaknya tidur terus? ternyata anaknya itu sambil menyusui, setelah menyusui anaknya pasti tertidur. Anehnya anaknya tidak bangun, menurut ibu Sri anaknya itu justru seperti dininabobokan jika ibunya menyanyi. Anaknya jg anteng jadi gampang diajak mengamen. Ibu Sri ini mempunyai empat orang anak.
Saat diundang di acara Hitam Putih semalam, 11/01, di studio Trans Tujuh, Ibu Sri menggendong anaknya dan ditemani oleh suaminya. Ibu Sri yang mengenakan jilbab itu menceritakan kepedihan kisah hidupnya.
Saat dia berumur tujuh tahun sudah harus mengamen untuk mencari nafkah. Mengamen atas perintah dari bapaknya. Jika Sri kecil tidak menuruti perintah bapaknya maka dia akan dipukul. Jika tidak bisa sesuai dari target rupiah yang bapaknya inginkan, Sri kecil pasti dipukul.Pernah dipukul dengan kursi kecil dari kayu hingga tangannya sobek, bekasnya pun masih ada sampai sekarang. Ibunya pernah menolong dia, tapi ibunya juga malah dipukul oleh bapaknya hingga telinganya berdarah.
Sejak saat itu ibunya tidak lagi menolong Sri karena ibunya takut dipukul, malah ibunya juga ikut memukulnya jika dia tidak bekerja dengan baik. Sambil memukul, ibunya berkata "Kamu itu harus bekerja dengan benar, kalau kamu tidak bekerja dengan baik ibu jadi pusing!" begitu kata ibunya.
Ibu Sri harus mencari uang agar bapaknya bisa membeli minuman untuk mabok-mabokkan bersama teman-teman bapaknya.
"Saat saya masih kecil, saya harus mengamen di terminal Arjosari, Malang. Saat anak-anak sudah waktunya mengaji dan bermain, saya harus tetap mengamen di terminal sampai malam, kaki saya sampai panas, makanpun dari bekas sisa orang", ucapnya terisak-isak. Saya ingin mengaji, tapi bapak saya melarang, katanya "untuk apa ngaji? tidak membuat kaya juga! lebih baik cari uang".
"Bapak saya ngawal saat saya ngamen. "Awas kalo kamu gak mau kerja, saya pukulin kamu". Dari kejauhan bapaknya melihat Ibu Sri kecil sambil mengancam dengan mengepalkan tangannya. "Saya ketakutan sekali" cerita ibu Sri sambil mengusap airmatanya. Saya penah berpikir kapan ini berakhir? pusing saya, kepala saya dipukuli terus. Mengamen itu kan tidak selalu mendapatkan uang banyak, kadang saya juga capek".
"Pernah waktu SMP, hari selasa.saya harus mengamen dan harus dapat 20 ribu. Anehnya kenapa saat saya mengamen pada saat itu semuanya dadah-dadah (menolak)? rasanya saya ingin bunuh diri, tp saya tidak tahu bagaimana caranya?",ungkapnya sambil terus terisak.
"Pulang sekolah saya kabur masih memakai seragam sekolah, karena saya sudah tidak tahan lagi. Saya kabur naik kereta tidak tahu tujuan, ternyata saya nyasar di Bandung. Di situlah saya bertemu Aa (bahasa Sunda, panggilan untuk suaminya). Saya gak tentu arah, akhirnya saya ngamen di Majalaya, di sana ketemu Aa. Saya ditolong, diberi makan, diberi baju, pokoknya kalau tidak ada bapak saya tidak tahu sekarang jadi apa?".
Lalu saya menikah, tetapi orang tua saya tidak setuju karena suami saya tuna netra. Akhirnya saya pakai wali hakim. Saya menikah dengan bapak karena saya balas budi dan kasih sayang. Saya dari kecil tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Tapi saya mendapatkan kasih sayang dari bapak. Itulah kenapa saya menikah dengannya', ungkapnya sambil terus terisak
Ibu Sri juga pernah dicemooh oleh orang-orang, katanya, "suaminya mana? enak banget suaminya gak kerja! Suami saya itu orang yg bertanggungjawab. Saya hanya membantu saja mencari nafkah dengan mengamen", tuturnya. Ibu Sri mengamen sekitar dua jam, sementara suami bekerja menjadi tukang pijat.
Suaminya meminta supaya Ibu Sri tidak dendam pada orangtuanya khususnya pada bapaknya. Ibu Sri bersyukur karena merasa hidupnya sudah bahagia bersama suami dan anak-anaknya walaupun hidupnya pas-pasan dan sederhana sekali.
Ibu Sri hanya berharap semoga kejadian pilu yang dialaminya saat masih kecil tidak dirasakan oleh anak dan cucu-cucunya, mereka bisa bermain bebas, mengaji, dan sekolah. Ibu Sri tidak ingin mengekang anak-anaknya.
Semoga kisah ini menjadi bahan renungan bagi kita semua, janganlah memaksakan kehendak orangtua dengan kasar kepada anaknya, jangan mewajibkan anak-anaknya untuk mencari uang. Karena pada dasarnya yang mencari uang adalah kewajiban bapak. Dan anak-anak wajib diberi perhatian dan kasih sayang yang tulus dari orangtua (bapak dan ibu). Dan kita belajar tentang ketegaran dari seorang Ibu Sri.
Edited by: Qisya Fadira
Tidak ada komentar