Breaking News

Ini Kronologi Dugaan Pemukulan oleh Masinton Menurut Pengakuan Dita Aditia




Indoheadlinenews.com - Kader Partai Nasdem Dita Aditia yang diduga dipukul oleh Masinton Pasaribu, anggota Komisi III DPR RI, mendatangi Lembaga Bantuan Hukum APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan), Senin (1/2/2016).

Dengan didampingi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem DKI Jakarta Wibi Andrino, Dita memaparkan peristiwa yang telah dialaminya.

Awalnya, Kamis 21 Januari 2016, Dita sedang berkumpul dengan teman-temannya di Camden Cikini pada pukul 21.00. Sekitar pukul 22.17, Dita dihubungi oleh Masinton yang menanyakan keberadaannya.

"Malam pukul 21.00 saya dengam Dodi (teman Dita) pergi ke Camden, mobil saya diparkir di DPW Nasdem. Saya bertemu dengan 8 orang, hang out seperti biasa," ujarnya.

Sekitar pukul 22.30, Dita dijemput oleh Masinton. Di dalam mobil tersebut, menurut pengakuan Dita, hanya ada dia yang duduk di kursi penumpang depan, sopir yang bernama Husni dan Masinton duduk di belakang.

Tidak lama, Husni turun di kantor DPW Nasdem untuk mengambil mobil Dita. Masinton kemudian pindah ke kursi pengendara dan melanjutkan perjalanan untuk mengantar Dita pulang ke apartemennya yang berada di bilangan Cawang.

"Selama perjalanan, pelaku membentak saya. Dia bertanya ngomong apa kau ke teman-teman? Saya jawab saya enggak ngomong apa-apa. Saya menangis karena dimaki. Dia menyuruh saya diam sepanjang jalan. Sampai di Cawang (apartemen), pelaku tidak menurunkan saya, malah dibawa berkeliling," ujar Dita.

Dalam perjalanan itu, Dita mengaku telah dipukul oleh Masinton sebanyak dua kali.

"Saya cuma rasain pusing, pandangan saya berkunang-kunang setelah ditonjok dua kali," ungkapnya.

Setelah peristiwa pemukulan itu, akhirnya Masinton menurunkan Dita di apartemen. Dita sempat memberitahu Husni bahwa dia telah dipukul oleh atasannya.

"Setelah ditonjok, saya memaksa turun karena mau lapor polisi. Saya turun, masuk taksi, kemudian diantar ke Polsek Jatinegara. Saya lapor polisi lalu diantar ke RSUD Budi Asih untuk membuat visum. Waktu itu sekitar pukul 01.00 dini hari. Pihak kepolisian yang ambil hasil visum," ujar Dita.

Menurut penuturannya, penganiayaan itu bukanlah yang pertama kalinya. Pada 17 November 2015, Masinton pernah memukulnya di apartemen. Masinton meminta jalan damai, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

Sementara itu, Wibi Andrino menampik kabar bahwa Dita sedang mabuk berat ketika berada di dalam mobil bersama Masinton.

"Ah tidak benar itu. Mana ada orang mabuk bisa membuat BAP di kantor polisi," ucap Wibi.



sumber: kompas.com
Jaringnews.com - Dita Aditia Ismawati, staf ahli DPR, menyampaikan kronologi pemukulan dirinya oleh anggota Komisi Hukum Masinton Pasaribu, usai bertemu pengurus Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) di kantor mereka.
Perempuan 27 tahun yang menjadi asisten pribadi Masinton itu menceritakan rangkaian peristiwa versinya disertai emosi dan tangis.
Menurut Dita, pemukulan bermula saat dia berkunjung ke Camden Bar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 21 Januari.
Kala itu Dita bersama teman-temannya berkumpul di Camden sejak pukul 21.00 WIB. Saat itulah Masinton sempat menghubungi Dita untuk menanyakan keberadaannya.
"Pada pukul 22.17 WIB, pelaku (Masinton) bertanya posisi saya di mana. Saya share location, kemudian pelaku menelepon beberapa kali. Saya angkat, saya bilang ‘Gue sama temen-temen.’ (Masinton menjawab) 'Di mana itu? Kenapa kok enggak balik?' Kemudian saya jawab 'Ini di Camden, udah ya kepala gue puyeng,' langsung saya tutup teleponnya," kata Dita di kantor LBH Apik, Jakarta Timur, Senin (1/2).
Tak berapa lama setelah dia menutup telepon, ujar Dita, Masinton datang ke Camden Bar. Dita mengetahui kedatangan Masinton dari kehadiran sopir pribadinya, Husni, di meja tempat ia berkumpul bersama teman-temannya.
Setelah dihampiri Husni, Dita pun keluar menuju mobil Masinton. Saat menemui bosnya saat itu, Dita mengaku diminta Masinton untuk segera pulang dari Camden.
"(Masinton berkata) 'Balik gak kau.' (Dita jawab) 'Oh iya, tunggu tas gue masih ketinggalan.' Lalu saya kembali ke kafe dan pamit ke teman-teman. Saya keluar, di mobil saya duduk di depan. Hanya ada tiga orang (dalam mobil). Di samping saya sopir, di tengah pelaku (Masinton)," kata Dita.
Di mobil, Dita mengaku dicecar pertanyaan oleh Masinton. Ia ditanya berkali-kali mengenai kegiatannya di Camden Bar bersama kawan-kawannya.
Saat masih diinterogasi oleh Masinton itu, Dita meminta tolong kepada Husni untuk mengambil mobil miliknya yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta. Dita tercatat sebagai kader NasDem.
Permintaan tersebut dituruti oleh Husni, dan setelah sang sopir turun dari mobil, Masinton langsung menuju belakang setir kendaraannya.
"Saya terus ditanya 'Lagi ngapain di sana?' Saya bilang 'Enggak ngapa-ngapain'. Saya nangis, dia bilang 'Diam kau. Malah nangis kau, diam'. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya 'Kenapa kau malah nangis?' Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang 'Gue mau pulang, udah capek.' Terus dia bilang 'Diem lu'," ujar Dita.
Saat itulah, kata Dita, Masinton justru memukul mata kanannya. Setelah dipukul, Dita merasakan matanya gelap dan berkunang-kunang. Ia bertanya kenapa Masinton memukulnya. Namun tak ada jawaban keluar dari mulut Masinton.
"Saya bilang 'Kembaliin ponsel gue. Itu hape gue beli sendiri, jangan dibanting.’ Pelaku langsung menyerahkan hape saya dan saya terus tanya 'Kenapa gue harus ditonjok, gue mau lapor polisi dan ke rumah sakit'. Baru setelah itu saya diturunin di pinggir jalan dekat apartemen," kata Dita.
Pasca turun dari mobil Masinton, Dita mengatakan langsung menuju taksi di depan apartemennya. Ia lantas diantar sang sopir taksi menuju Polsek Jatinegara untuk melaporkan kejadian pemukulan tersebut.
Sesampainya di Polsek Jatinegara, Dita diminta untuk melakukan visum terlebih dahulu. Ia pun diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, pukul 00.20 WIB.
Usai visum, polisi menyarankan Dita untuk beristirahat sebelum membuat Berita Acara Pemeriksaan pada hari Sabtu, 23 Januari. Namun Dita tak kembali ke Markas Polsek Jatinegara karena dirawat di RS Aini sampai hari Minggu, 24 Januari.
Kemarin,  Dita akhirnya melaporkan Masinton ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri atas tuduhan penganiayaan terhadapnya. Namun Masinton membantah tudingan itu. Ia menyebut laporan Dita tersebut "Tidak benar."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur LBH Apik Jakarta Ratna Bataramunti mengatakan dari pengakuan Dita Aditya, dia tidak memiliki hubungan spesial dengan anggota komisi III DPR Masinton Pasaribu. Meski begitu, diakuinya bahwa Masinton amat protektif terhadapnya.
"Dita menganggap hubungan relasi kerja. Sejauh ini menurut Dita enggak ada relasi (asmara) dan enggak ada ungkapan perasaan," kata  Ratna, di kantor LBH Apik, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, sikap protektif itu ditunjukkan seperti terlalu mengontrol Dita, misalnya tak boleh pulang malam. Dita pun mulai kerap merasa diikuti oleh orang tak dikenal.
"Awalnya dia enggak masalah diproteksi gitu. Tapi ke sininya kayak model cemburu. Tapi kita sudah tanya dan yang disampaikan korban hanya relasi kerja," ujar Ratna.
Ratna melanjutkan, Dita menganggap Masinton sebagai mentornya. Masinton dianggap berjasa pula membawa karier Dita di politik. Masinton juga dekat dengan keluarga Dita.
"Sudah dekat semacam kekeluargaan. Ibunya (Dita) juga menitipkan dia untuk belajar politik. Kenal sudah 6 bulanan," ujar Ratna.
- See more at: http://www.jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/74847/Dita-Aditya-Beberkan-Kronologis-Pemukulan-Yang-Dilakukan-Masinton#sthash.XjrFiOF4.dpuf
Jaringnews.com - Dita Aditia Ismawati, staf ahli DPR, menyampaikan kronologi pemukulan dirinya oleh anggota Komisi Hukum Masinton Pasaribu, usai bertemu pengurus Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) di kantor mereka.
Perempuan 27 tahun yang menjadi asisten pribadi Masinton itu menceritakan rangkaian peristiwa versinya disertai emosi dan tangis.
Menurut Dita, pemukulan bermula saat dia berkunjung ke Camden Bar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 21 Januari.
Kala itu Dita bersama teman-temannya berkumpul di Camden sejak pukul 21.00 WIB. Saat itulah Masinton sempat menghubungi Dita untuk menanyakan keberadaannya.
"Pada pukul 22.17 WIB, pelaku (Masinton) bertanya posisi saya di mana. Saya share location, kemudian pelaku menelepon beberapa kali. Saya angkat, saya bilang ‘Gue sama temen-temen.’ (Masinton menjawab) 'Di mana itu? Kenapa kok enggak balik?' Kemudian saya jawab 'Ini di Camden, udah ya kepala gue puyeng,' langsung saya tutup teleponnya," kata Dita di kantor LBH Apik, Jakarta Timur, Senin (1/2).
Tak berapa lama setelah dia menutup telepon, ujar Dita, Masinton datang ke Camden Bar. Dita mengetahui kedatangan Masinton dari kehadiran sopir pribadinya, Husni, di meja tempat ia berkumpul bersama teman-temannya.
Setelah dihampiri Husni, Dita pun keluar menuju mobil Masinton. Saat menemui bosnya saat itu, Dita mengaku diminta Masinton untuk segera pulang dari Camden.
"(Masinton berkata) 'Balik gak kau.' (Dita jawab) 'Oh iya, tunggu tas gue masih ketinggalan.' Lalu saya kembali ke kafe dan pamit ke teman-teman. Saya keluar, di mobil saya duduk di depan. Hanya ada tiga orang (dalam mobil). Di samping saya sopir, di tengah pelaku (Masinton)," kata Dita.
Di mobil, Dita mengaku dicecar pertanyaan oleh Masinton. Ia ditanya berkali-kali mengenai kegiatannya di Camden Bar bersama kawan-kawannya.
Saat masih diinterogasi oleh Masinton itu, Dita meminta tolong kepada Husni untuk mengambil mobil miliknya yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta. Dita tercatat sebagai kader NasDem.
Permintaan tersebut dituruti oleh Husni, dan setelah sang sopir turun dari mobil, Masinton langsung menuju belakang setir kendaraannya.
"Saya terus ditanya 'Lagi ngapain di sana?' Saya bilang 'Enggak ngapa-ngapain'. Saya nangis, dia bilang 'Diam kau. Malah nangis kau, diam'. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya 'Kenapa kau malah nangis?' Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang 'Gue mau pulang, udah capek.' Terus dia bilang 'Diem lu'," ujar Dita.
Saat itulah, kata Dita, Masinton justru memukul mata kanannya. Setelah dipukul, Dita merasakan matanya gelap dan berkunang-kunang. Ia bertanya kenapa Masinton memukulnya. Namun tak ada jawaban keluar dari mulut Masinton.
"Saya bilang 'Kembaliin ponsel gue. Itu hape gue beli sendiri, jangan dibanting.’ Pelaku langsung menyerahkan hape saya dan saya terus tanya 'Kenapa gue harus ditonjok, gue mau lapor polisi dan ke rumah sakit'. Baru setelah itu saya diturunin di pinggir jalan dekat apartemen," kata Dita.
Pasca turun dari mobil Masinton, Dita mengatakan langsung menuju taksi di depan apartemennya. Ia lantas diantar sang sopir taksi menuju Polsek Jatinegara untuk melaporkan kejadian pemukulan tersebut.
Sesampainya di Polsek Jatinegara, Dita diminta untuk melakukan visum terlebih dahulu. Ia pun diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, pukul 00.20 WIB.
Usai visum, polisi menyarankan Dita untuk beristirahat sebelum membuat Berita Acara Pemeriksaan pada hari Sabtu, 23 Januari. Namun Dita tak kembali ke Markas Polsek Jatinegara karena dirawat di RS Aini sampai hari Minggu, 24 Januari.
Kemarin,  Dita akhirnya melaporkan Masinton ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri atas tuduhan penganiayaan terhadapnya. Namun Masinton membantah tudingan itu. Ia menyebut laporan Dita tersebut "Tidak benar."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur LBH Apik Jakarta Ratna Bataramunti mengatakan dari pengakuan Dita Aditya, dia tidak memiliki hubungan spesial dengan anggota komisi III DPR Masinton Pasaribu. Meski begitu, diakuinya bahwa Masinton amat protektif terhadapnya.
"Dita menganggap hubungan relasi kerja. Sejauh ini menurut Dita enggak ada relasi (asmara) dan enggak ada ungkapan perasaan," kata  Ratna, di kantor LBH Apik, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, sikap protektif itu ditunjukkan seperti terlalu mengontrol Dita, misalnya tak boleh pulang malam. Dita pun mulai kerap merasa diikuti oleh orang tak dikenal.
"Awalnya dia enggak masalah diproteksi gitu. Tapi ke sininya kayak model cemburu. Tapi kita sudah tanya dan yang disampaikan korban hanya relasi kerja," ujar Ratna.
Ratna melanjutkan, Dita menganggap Masinton sebagai mentornya. Masinton dianggap berjasa pula membawa karier Dita di politik. Masinton juga dekat dengan keluarga Dita.
"Sudah dekat semacam kekeluargaan. Ibunya (Dita) juga menitipkan dia untuk belajar politik. Kenal sudah 6 bulanan," ujar Ratna.
- See more at: http://www.jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/74847/Dita-Aditya-Beberkan-Kronologis-Pemukulan-Yang-Dilakukan-Masinton#sthash.XjrFiOF4.dpuf
Jaringnews.com - Dita Aditia Ismawati, staf ahli DPR, menyampaikan kronologi pemukulan dirinya oleh anggota Komisi Hukum Masinton Pasaribu, usai bertemu pengurus Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) di kantor mereka.
Perempuan 27 tahun yang menjadi asisten pribadi Masinton itu menceritakan rangkaian peristiwa versinya disertai emosi dan tangis.
Menurut Dita, pemukulan bermula saat dia berkunjung ke Camden Bar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 21 Januari.
Kala itu Dita bersama teman-temannya berkumpul di Camden sejak pukul 21.00 WIB. Saat itulah Masinton sempat menghubungi Dita untuk menanyakan keberadaannya.
"Pada pukul 22.17 WIB, pelaku (Masinton) bertanya posisi saya di mana. Saya share location, kemudian pelaku menelepon beberapa kali. Saya angkat, saya bilang ‘Gue sama temen-temen.’ (Masinton menjawab) 'Di mana itu? Kenapa kok enggak balik?' Kemudian saya jawab 'Ini di Camden, udah ya kepala gue puyeng,' langsung saya tutup teleponnya," kata Dita di kantor LBH Apik, Jakarta Timur, Senin (1/2).
Tak berapa lama setelah dia menutup telepon, ujar Dita, Masinton datang ke Camden Bar. Dita mengetahui kedatangan Masinton dari kehadiran sopir pribadinya, Husni, di meja tempat ia berkumpul bersama teman-temannya.
Setelah dihampiri Husni, Dita pun keluar menuju mobil Masinton. Saat menemui bosnya saat itu, Dita mengaku diminta Masinton untuk segera pulang dari Camden.
"(Masinton berkata) 'Balik gak kau.' (Dita jawab) 'Oh iya, tunggu tas gue masih ketinggalan.' Lalu saya kembali ke kafe dan pamit ke teman-teman. Saya keluar, di mobil saya duduk di depan. Hanya ada tiga orang (dalam mobil). Di samping saya sopir, di tengah pelaku (Masinton)," kata Dita.
Di mobil, Dita mengaku dicecar pertanyaan oleh Masinton. Ia ditanya berkali-kali mengenai kegiatannya di Camden Bar bersama kawan-kawannya.
Saat masih diinterogasi oleh Masinton itu, Dita meminta tolong kepada Husni untuk mengambil mobil miliknya yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta. Dita tercatat sebagai kader NasDem.
Permintaan tersebut dituruti oleh Husni, dan setelah sang sopir turun dari mobil, Masinton langsung menuju belakang setir kendaraannya.
"Saya terus ditanya 'Lagi ngapain di sana?' Saya bilang 'Enggak ngapa-ngapain'. Saya nangis, dia bilang 'Diam kau. Malah nangis kau, diam'. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya 'Kenapa kau malah nangis?' Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang 'Gue mau pulang, udah capek.' Terus dia bilang 'Diem lu'," ujar Dita.
Saat itulah, kata Dita, Masinton justru memukul mata kanannya. Setelah dipukul, Dita merasakan matanya gelap dan berkunang-kunang. Ia bertanya kenapa Masinton memukulnya. Namun tak ada jawaban keluar dari mulut Masinton.
"Saya bilang 'Kembaliin ponsel gue. Itu hape gue beli sendiri, jangan dibanting.’ Pelaku langsung menyerahkan hape saya dan saya terus tanya 'Kenapa gue harus ditonjok, gue mau lapor polisi dan ke rumah sakit'. Baru setelah itu saya diturunin di pinggir jalan dekat apartemen," kata Dita.
Pasca turun dari mobil Masinton, Dita mengatakan langsung menuju taksi di depan apartemennya. Ia lantas diantar sang sopir taksi menuju Polsek Jatinegara untuk melaporkan kejadian pemukulan tersebut.
Sesampainya di Polsek Jatinegara, Dita diminta untuk melakukan visum terlebih dahulu. Ia pun diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, pukul 00.20 WIB.
Usai visum, polisi menyarankan Dita untuk beristirahat sebelum membuat Berita Acara Pemeriksaan pada hari Sabtu, 23 Januari. Namun Dita tak kembali ke Markas Polsek Jatinegara karena dirawat di RS Aini sampai hari Minggu, 24 Januari.
Kemarin,  Dita akhirnya melaporkan Masinton ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri atas tuduhan penganiayaan terhadapnya. Namun Masinton membantah tudingan itu. Ia menyebut laporan Dita tersebut "Tidak benar."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur LBH Apik Jakarta Ratna Bataramunti mengatakan dari pengakuan Dita Aditya, dia tidak memiliki hubungan spesial dengan anggota komisi III DPR Masinton Pasaribu. Meski begitu, diakuinya bahwa Masinton amat protektif terhadapnya.
"Dita menganggap hubungan relasi kerja. Sejauh ini menurut Dita enggak ada relasi (asmara) dan enggak ada ungkapan perasaan," kata  Ratna, di kantor LBH Apik, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, sikap protektif itu ditunjukkan seperti terlalu mengontrol Dita, misalnya tak boleh pulang malam. Dita pun mulai kerap merasa diikuti oleh orang tak dikenal.
"Awalnya dia enggak masalah diproteksi gitu. Tapi ke sininya kayak model cemburu. Tapi kita sudah tanya dan yang disampaikan korban hanya relasi kerja," ujar Ratna.
Ratna melanjutkan, Dita menganggap Masinton sebagai mentornya. Masinton dianggap berjasa pula membawa karier Dita di politik. Masinton juga dekat dengan keluarga Dita.
"Sudah dekat semacam kekeluargaan. Ibunya (Dita) juga menitipkan dia untuk belajar politik. Kenal sudah 6 bulanan," ujar Ratna.
- See more at: http://www.jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/74847/Dita-Aditya-Beberkan-Kronologis-Pemukulan-Yang-Dilakukan-Masinton#sthash.XjrFiOF4.dpuf
Jaringnews.com - Dita Aditia Ismawati, staf ahli DPR, menyampaikan kronologi pemukulan dirinya oleh anggota Komisi Hukum Masinton Pasaribu, usai bertemu pengurus Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) di kantor mereka.
Perempuan 27 tahun yang menjadi asisten pribadi Masinton itu menceritakan rangkaian peristiwa versinya disertai emosi dan tangis.
Menurut Dita, pemukulan bermula saat dia berkunjung ke Camden Bar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 21 Januari.
Kala itu Dita bersama teman-temannya berkumpul di Camden sejak pukul 21.00 WIB. Saat itulah Masinton sempat menghubungi Dita untuk menanyakan keberadaannya.
"Pada pukul 22.17 WIB, pelaku (Masinton) bertanya posisi saya di mana. Saya share location, kemudian pelaku menelepon beberapa kali. Saya angkat, saya bilang ‘Gue sama temen-temen.’ (Masinton menjawab) 'Di mana itu? Kenapa kok enggak balik?' Kemudian saya jawab 'Ini di Camden, udah ya kepala gue puyeng,' langsung saya tutup teleponnya," kata Dita di kantor LBH Apik, Jakarta Timur, Senin (1/2).
Tak berapa lama setelah dia menutup telepon, ujar Dita, Masinton datang ke Camden Bar. Dita mengetahui kedatangan Masinton dari kehadiran sopir pribadinya, Husni, di meja tempat ia berkumpul bersama teman-temannya.
Setelah dihampiri Husni, Dita pun keluar menuju mobil Masinton. Saat menemui bosnya saat itu, Dita mengaku diminta Masinton untuk segera pulang dari Camden.
"(Masinton berkata) 'Balik gak kau.' (Dita jawab) 'Oh iya, tunggu tas gue masih ketinggalan.' Lalu saya kembali ke kafe dan pamit ke teman-teman. Saya keluar, di mobil saya duduk di depan. Hanya ada tiga orang (dalam mobil). Di samping saya sopir, di tengah pelaku (Masinton)," kata Dita.
Di mobil, Dita mengaku dicecar pertanyaan oleh Masinton. Ia ditanya berkali-kali mengenai kegiatannya di Camden Bar bersama kawan-kawannya.
Saat masih diinterogasi oleh Masinton itu, Dita meminta tolong kepada Husni untuk mengambil mobil miliknya yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta. Dita tercatat sebagai kader NasDem.
Permintaan tersebut dituruti oleh Husni, dan setelah sang sopir turun dari mobil, Masinton langsung menuju belakang setir kendaraannya.
"Saya terus ditanya 'Lagi ngapain di sana?' Saya bilang 'Enggak ngapa-ngapain'. Saya nangis, dia bilang 'Diam kau. Malah nangis kau, diam'. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya 'Kenapa kau malah nangis?' Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang 'Gue mau pulang, udah capek.' Terus dia bilang 'Diem lu'," ujar Dita.
Saat itulah, kata Dita, Masinton justru memukul mata kanannya. Setelah dipukul, Dita merasakan matanya gelap dan berkunang-kunang. Ia bertanya kenapa Masinton memukulnya. Namun tak ada jawaban keluar dari mulut Masinton.
"Saya bilang 'Kembaliin ponsel gue. Itu hape gue beli sendiri, jangan dibanting.’ Pelaku langsung menyerahkan hape saya dan saya terus tanya 'Kenapa gue harus ditonjok, gue mau lapor polisi dan ke rumah sakit'. Baru setelah itu saya diturunin di pinggir jalan dekat apartemen," kata Dita.
Pasca turun dari mobil Masinton, Dita mengatakan langsung menuju taksi di depan apartemennya. Ia lantas diantar sang sopir taksi menuju Polsek Jatinegara untuk melaporkan kejadian pemukulan tersebut.
Sesampainya di Polsek Jatinegara, Dita diminta untuk melakukan visum terlebih dahulu. Ia pun diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, pukul 00.20 WIB.
Usai visum, polisi menyarankan Dita untuk beristirahat sebelum membuat Berita Acara Pemeriksaan pada hari Sabtu, 23 Januari. Namun Dita tak kembali ke Markas Polsek Jatinegara karena dirawat di RS Aini sampai hari Minggu, 24 Januari.
Kemarin,  Dita akhirnya melaporkan Masinton ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri atas tuduhan penganiayaan terhadapnya. Namun Masinton membantah tudingan itu. Ia menyebut laporan Dita tersebut "Tidak benar."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur LBH Apik Jakarta Ratna Bataramunti mengatakan dari pengakuan Dita Aditya, dia tidak memiliki hubungan spesial dengan anggota komisi III DPR Masinton Pasaribu. Meski begitu, diakuinya bahwa Masinton amat protektif terhadapnya.
"Dita menganggap hubungan relasi kerja. Sejauh ini menurut Dita enggak ada relasi (asmara) dan enggak ada ungkapan perasaan," kata  Ratna, di kantor LBH Apik, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, sikap protektif itu ditunjukkan seperti terlalu mengontrol Dita, misalnya tak boleh pulang malam. Dita pun mulai kerap merasa diikuti oleh orang tak dikenal.
"Awalnya dia enggak masalah diproteksi gitu. Tapi ke sininya kayak model cemburu. Tapi kita sudah tanya dan yang disampaikan korban hanya relasi kerja," ujar Ratna.
Ratna melanjutkan, Dita menganggap Masinton sebagai mentornya. Masinton dianggap berjasa pula membawa karier Dita di politik. Masinton juga dekat dengan keluarga Dita.
"Sudah dekat semacam kekeluargaan. Ibunya (Dita) juga menitipkan dia untuk belajar politik. Kenal sudah 6 bulanan," ujar Ratna.
- See more at: http://www.jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/74847/Dita-Aditya-Beberkan-Kronologis-Pemukulan-Yang-Dilakukan-Masinton#sthash.XjrFiOF4.dpuf

Tidak ada komentar