Masya Allah! Ada Buku Anak TK Ajarkan Radikalisme, ternyata Ditulis oleh Istri Laskar Jihad Solo
Indoheadlinenews.com -Propaganda paham radikalisme dan terorisme yang disusupkan melalui buku-buku pendidikan untuk murid Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK) harus dihentikan. Anak-anak adalah masa depan bangsa yang harus ‘bersih’ dari paham negatif seperti itu.
“Dunia pendidikan apalagi anak-anak harus benar-benar bersih dari hal-hal semacam itu. Jangan ada toleransi bagi pihak-pihak yang secara sengaja atau tidak melakukan propaganda radikalisme dan terorisme dengan menyusupkannya dalam buku-buku pelajaran. Ini sangat berbahaya karena anak kecil memiliki daya ingat abadi yang terbawa sampai dewasa,” kata Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (26/01).
Profesor Universitas Islam itu mengeluarkan pendapat tersebut saat mengomentari beredarnya buku anak TK yang dengan jelas mengajarkan radikalisme. Buku yang merupakan buku pelajaran membaca itu disisipi doktrin Radikalisme dengan beberapa kata yang bahkan cenderung sadis.
Buku berbau unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul Anak Islam suka membaca. Di dalam buku tersebut terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme. Buku tersebut dicetak pertama pada 1999 dan sudah dicetak ulang 167 kali hingga 2015.
Penerbit buku Anak Islam suka membaca itu Pustaka Amanah, yang beralamat di Jalan Cakra Nomor 30 Kauman, Solo, Jawa Tengah, dengan penulis Murani Musta’in.
Menurut informasi dari Sekjen GP Ansor Adung Abdurrochman, penulis buku Anak Islam suka membaca itu, adalah istri dari Ayip Syafruddin yang merupakan pimpinan kelompok Laskar Jihad di Solo.
Setelah diselidiki, Organisasi sayap pemuda Nahdlatul Ulama itu mengklaim beberapa jilid buku pelajaran siswa Taman Kanak-kanak (TK) berjudul Anak Islam Suka Membaca, mengajarkan radikalisme dan memuat kata-kata ‘jihad’, ‘bantai’, dan ‘bom’.
“Saya tidak bisa bayangkan apabila kata-kata ini diserap, dihayati oleh anak-anak usia TK. Kemudian 15 sampai 20 tahun ke depan, ada memori dalam alam bawah sadar dia tentang kata-kata itu. Membentuk pandangan yang keras, yang radikal, yang mengabsahkan kekerasan, bom, pembantaian terhadap kyai. Itu kan, dalam pandangan kami, sangat tidak boleh diajarkan pada anak-anak,” kata Sekretaris Jenderal GP Ansor, Adung Abdurrahman.
Dalam beberapa jilid buku Anak Islam Suka Membaca, menurut Adung, terdapat setidaknya 32 kalimat yang bisa dipandang radikal. Misalnya, ‘Selesai Raih Bantai Kyai`, `Sahid di Medan Jihad`, `Gelora Hati ke Saudi`, `Basoka Dibawa Lari`, `Topi Baja Kena Peluru`, `Bid`ah`, `Bom`, hingga `Ada Upaya Feminisasi`.
baca juga : Inilah Akibatnya! Guru Radikal Pelarang Hormat Bendera Dicabut Hak Mengajarnya
baca juga : Ketua PWNU Jabar: Ormas Islam Anti Pancasila dan Pendukung Khilafah Wajib Dibubarkan
baca juga : Ketua PWNU Jabar: Ormas Islam Anti Pancasila dan Pendukung Khilafah Wajib Dibubarkan
sumber : arrahmahnews.com
Tidak ada komentar