Breaking News

Coretan 'Gila' dan 'Nenek Lu' Yang Ditulis Ahok Membuat Anggota DPRD Murka




Indoheadlinenews.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggoreskan tulisan dan parafnya saat mengoreksi rencana anggaran yang diajukan DPRD DKI Jakarta yang dinilai tidak masuk akal. Tulisan tajam Ahok ini membuat anggota dewan murka.

Terbaru, Ahok mengungkapkan ada tawar menawar DPRD DKI Jakarta terhadap Pemprov DKI Jakarta atas kewajiban kontribusi yang harus dibayar perusahaan pengembang proyek reklamasi. DPRD meminta meminta kewajiban tambahan kontribusi diturunkan dari 15 persen menjadi 5 persen sesuai Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995.

Ahok menolak mengabulkan permintaan DPRD itu karena berpeluang mengarah kepada tindak pidana korupsi. Dalam disposisinya, Ahok lalu menorehkan tulisan kata 'gila'. "Saya masih ada disposisi, tahu enggak saya tulis apa? 'Gila'. Saya tulis, 'Gila'. 'Kalau kayak begini, ini tindak pidana korupsi,' saya bilang. Terus saya ancam mereka, siapapun yang melawan disposisi saya, saya akan penjarakan kalian! Berarti kalian ikut main," kata Ahok.

Atas koreksi itu, Sekda DKI Saefullah menyampaikan lagi kepada Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik bahwa Ahok tak setuju bila tambahan kontribusi yang dikenakan kepada pengembang diturunkan dari 15 persen menjadi 5 persen. Saefullah menunjukkan tulisan tangan Ahok yang berbunyi 'Gila' itu. Namun Saefullah memperhalusnya bahwa tulisan Ahok itu bukan berbunyi 'Gila' tapi 'bila'.
 
Tulisan tangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di lembar draf rancangan peraturan daerah (raperda) reklamasi usulan Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik yang tertera kalimat, "Gila, kalau seperti ini bisa pidana korupsi." Lembar itu diperlihatkan oleh pihak Bappeda DKI Jakarta

Ahok menyebut tulisannya telah membuat Taufik marah. "Saya tulis 'Gila'. Pak Sekda masih bercanda. Begitu balik lagi, Pak Taufik agak marah, 'Kenapa itu Gubernur tulis 'Gila'?' Terus kata Pak Sekda, 'Bukan 'Gila' Pak. Itu 'Bila'.' Soalnya huruf 'G' nya seperti 'b'. Lu (Anda) tanya sama Sekda. Jadi Sekda bilang itu 'bila'. Mana ada 'bila'? 'Gila' kok. Tulisan 'G' saya jelas kok. Cuma Pak Sekda mau menutupi itu. Ya sudah," kata Ahok menceritakan kembali.

Dalam kesempatan terpisah, pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tegas menyebut Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik sebagai pihak yang menawar rendah kewajiban tambahan kontribusi yang dikenakan kepada pihak perusahaan pengembang proyek reklamasi, dari 15 persen ditawar menjadi 5 persen.

Namun Taufik membantah hal ini. "Enggak ada yang menurunkan (persentase tambahan kontribusi)," kata Taufik. Ia berpendapat persoalan teknis persentase tak semestinya diatur dalam Perda. Seharusnya, masalah persentase tambahan kontribusi itu diatur saja dalam Pergub.

Taufik juga  mengaku tak mempermasalahkan besaran 15 persen tambahan kontribusi yang dikenakan kepada perusahaan pengembang. Ia hanya mempermasalahkan soal perizinan. Taufik tak setuju bila Raperda Tata Ruang mengatur izin reklamasi karena antara tata ruang dan reklamasi itu sesungguhnya berbeda urusan.

Selain goresan tulisan 'gila', Ahok sebelumnya berani menolak anggaran sebesar Rp 8,8 triliun yang diajukan DPRD untuk sosialisasi SK Gubernur DKI Jakarta. "Pas gue lihat, apa-apaan nih! Gue kasih lingkaran terus tulis 'nenek Lu!'. Apa yang mau disosialisasi dari SK Gubernur? Tinggal dilihat doang, makanya gue tulis 'Nenek lu!' di lingkaran. Balikin. Sudah baca 'nenek lu!' tersinggung kali mereka," tutur Ahok.

Ahok melingkari sejumlah anggaran dengan pena warna hitam. Lalu dia menulis 'Pemahaman nenek lu!' dan memberi paraf di bawah tulisan itu.

Saat itu, Ahok menduga tulisan tangannya itu menjadi penyebab batalnya rapat paripurna DPRD untuk mengesahkan APBD. Mantan Bupati Belitung Timur ini menduga DPRD tersinggung dengan tulisannya. Ahok mengimbau agar oknum-oknum di DPRD menghentikan upaya-upaya memasukkan dana-dana tak jelas. Eks politikus Golkar dan Gerindra ini berani bertarung untuk membuat anggaran DKI tepat sasaran.(detik.com)





1 komentar:

  1. Lebih tajam dengan dialek preman daripada pake bahasa intelektual...krn mereka yang marah tidak paham kalau menggunakan bahasa yang intelek :-) :-)....Komunikasi yang nyambung, pake bahasa premen ketika berbicara dengan preman...

    BalasHapus