FPI Berulah Lagi!! Acara Penganugerahan FTI di TIM Berantakan Akibat Diserang FPI
Indoheadlinenews.com -Budayawan Radhar Panca Dahana menyesalkan tindakan sweeping yang dilakukan massa Front Pembela Islam (FPI) di acara penganugerahan Federasi Teater Indonesia (FTI) ke-10 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Radhar yang juga ketua pantia acara tersebut, perlakuan represif FPI jelas membuat masyarakat cemas, khususnya pegiat kebudayaan.
“Kalau dulu represif terhadap kegiatan kebudayaan vertikal dari penguasa, sekarang horizontal dari kalangan masyarakat atau organisasi yang hidup di tengah kita. Ini jelas mencemaskan,” katanya saat ditemui di Graha Bakti Budaya, TIM, Senin (28/12/15).
Menurut Radhar, tindakan FPI jelas tidak bisa dibiarkan. pasalnya, setiap warga negara Indonesia mempunyai wilayah masing-masing, baik politik, ekonomi, agama termasuk kebudayaan. Dia menyesalkan sikap kepolisian terkait sweeping tersebut.
Radhar bercerita jika dirinya berani pasang badan terhadap kehadiran Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang ditolak oleh FPI. Namun demikian, pihak Polda Metro Jaya malah langsung membawa Dedi keluar dari TIM dengan alasan kemanan.
Untuk diketahui, kata Radhar, Dedi sudah sempat berhasil masuk ke area acara pada siang tadi. Namun sesaat sebelum acara dimulai, Dedi langsung dibawa oleh Polda dan tak diperkenankan hadir.
“Polda bilang ini sudah dikepung, tidak aman lagi. Buat saya ini sabotase kemanan oleh Polda. Kepolisian malah tidak hargai kebudayaan. Harusnya koordinasi dengan panitia dong kalau mau bawa Dedi keluar,” demikian Radhar.
Hormati Ahok, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi Pilih Tinggalkan Taman Ismail Marzuki
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku meninggalkan Taman Ismail Marzuki (TIM) dan tidak menerima penghargaan Maecenas dari Federasi Teater Indonesia (FTI). Meski begitu, ia mengaku sempat datang ke TIM dan menemui ketua panitia acara, Radhar Panca Dahana.
“Saya datang kesana saat ada sweeping. Saya ketemu pak Radhar dan ucapkan terima kasih atas penghargaannya,” ujar Dedi di Pendopo Pemkab Purwakarta, Selasa (29/12)/15 pagi.
Hal itu dikatakannya mengomentari aksi Front Pembela Islam (FPI) yang melakukan sweeping di TIM, menolak kehadiran orang nomor 1 di Purwakarta itu. Meski begitu, penghargaan tetap diterima Dedi melalui perwakilannya.
“Sebagai bupati, saya menghormati keamanan Jakarta, saya pilih untuk tinggalkan TIM agar kondusif, sebagai bentuk rasa hormat saya pada pak Ahok Gubernur DKI Jakarta. Daripada saya tetap disana lalu nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik saya pergi,” ujarnya.
Ia juga mengaku bertemu dengan pihak kepolisian di TIM dan panitia. “Saya meminta maaf pada panitia karena kedatangan saya sedikit jadi gaduh,” katanya.
Dedi menegaskan tidak pernah menyatakan permusuhan dengan siapapun, termasuk dengan barisan FPI. “Bagi saya ini bukan permusuhan, tapi perbedaan pendapat yang harus disikapi secara arif dan bijak,” ujarnya
sumber: JPNN & tribunnews.com
Tidak ada komentar